LATAR
BELAKANG
1.1 Latar
Belakang
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam
suatu pelarut (solvent) . Kelarutan juga di gunakansecara kuantitatif untuk menyatakan
komposisi dari larutan.Kelarutanbergantung pada jenis zat terlarut, ada zat
yang mudah larut tetapi banyak jugayang sedikit larut. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan
hasil disebut larutanjenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di
dalam air. Sifat ini
lebih dalam bahasa Inggris lebih
tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang
dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang
terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan
bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,
seperti perak klorida dalam
air. Istilah "tak larut" (insoluble)
sering diterapkan pada senyawa yang
sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang
benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang
disebutlewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
Suhuadalah besaran yang
menyatakan derajat panas dingin suatu benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu
suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang
dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam
suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu
benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer
yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit danKelvin. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu
cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan
teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan
valid. Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan
kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 – 1744) sehingga pada tahun 1742 dia
memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini
diberinama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila benda didinginkan
terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan berhenti bergerak,
kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa menjawab
masalah ini maka Lord Kelvin (1842
– 1907) menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala Kelvin dimulai
dari 273 K ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol
mutlak sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur
dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada
suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan
mendidih pada suhu 212°F.
Asam oksalat adalah
senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan
nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa
digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang
relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat.
Di-anionnya,
dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk
endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium
oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang
sering ditemukan.
Sehingga
didapatkan kesimpulan dalam percobaan kali ini tentang kelarutan sebagai fungsi
suhu dengan menggunakan asam oksalat(H2C2O4)
sebagai sampel yang akan diukur suhunya setelah pemanasan, dan kemudian
didinginkan pada berbagai suhu, apakah
volume NaOH yang digunakan akan sama
didapatkan atau tidak, karena
pengaruh dari suatu kelarutan yang dipengaruhi oleh berbagai suhu.
1.2 Tujuan Percobaan
-
Mengetahui konsentrasi dari asam
oksalat (H2C2O4)
-
Mengetahui laju suhu rata-rata
-
Mengetahui pengaruh suhu terhadap
kelarutan
BAB
2
TINJAUAN
PESTAKA
Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut
adalah banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada
kondisi tertentu bisanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi bila batas
kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan.
Artinya bila zat pelarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh. Bila zat
yang dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan
kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (Hoedijono, 1990).
Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent. Solute adalah
substansi yang terlarut. Sedangkan solvent adalah substansi yang melarutkan.
Contoh sebuah larutan NaCl. NaCl adalah solute dan air adalah solvent. Dari
ketiga materi, padat, cair, gas sangat dimungkinkan untuk memiliki sembilan
tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam
gas, cairan dalam cairan, cairan dalam padatan, cairan dalam gas, gas dalam
gas, gas dalam cairan dan gas dalam padatan. Dari berbagai macam tipe larutan
yang lazim kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas
dalam cairan serta gas dalam gas.
Suatu substansi dapat dikelompokkan sangat mudah larut, dapat larut
(modera fely soluble), sedikit larut (slightly soluble), dan tidak dapat larut.
Beberapa variable, misalnya ukuran ion-ion, muatan dari ion-ion, interaksi
antara ion-ion, interaksi antara solute dan solvent, temperatur mempengaruhi
kelarutan. Kelarutan dari solute relatif lebih mudah diukur melalui percobaan.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelarutan antara lain:
1.
Sifat
alami dari solute dan solvent
Substansi polar
cenderung lebih miscrible atau soluble dengan substansi polar lainnya.
Substansi non polar cenderung untuk miscrible dengan substansi non polar
lainnya, dan tidak miscrible dengan substasnsi polar lainnya.
2.
Efek
dari temperatur terhadap kelarutan
Kebanyakan zat
terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pad sejumlah solvent tertentu dan
pada temperatur tertentu pula. Temperatur dari solvent memiliki efek yang besar
dari zat yang telah dilarutkan. Untuk kebanyakan padatan yang terlarut pada
liquid, kenaikan temperatur akan berdampak pada kenaikan kelarutan
(solubilitas).
3.
Efek
tekanan pada kelarutan
Perubahan kecil
dalam tekanan memiliki efek yang kecil pada kelarutan padatan dalam cairan.
Tetapi memiliki efek yang besar pada kelarutan gas dalam cairan. Kelarutan gas
dalam cairan berbanding lurus pada tekanan dari gas diatas larutan. Sehingga
sejumlah gas yang terlarut dalam larutan akan menjadi dua kali lipat jika
tekanan dari gas diatas larutan adalah dua kali lipat.
4.
Kelarutan
dari zat terlarut
Kelarutan dari
zat padat terlatut dipengaruhi oleh:
a.
Ukuran
partikel
b.
Temperatur
dari solvent
c.
Pengadukan
dari larutan
d.
Konsentrasi
dari larutan (Sukardjo, 1977).
Efek panas dalam pembentukkan larutan dapat digunakan dalam
penerapan prinsip Le-Chateliers untuk menghitung efek temperatur pada
kelarutan. Dengan menggunakan terminologi dari termodinamika, bahwa kandungan
panas atau entalpi dari sistem telah meningkat sesuai dengan jumlah energi
termal. Perunahan entalpi untuk proses diberikan dengan menggurangi entalpi
akhir sistem dengan entalpi mula-mula.
Secara umum ∆H positif untuk setiap perubahan perubahan makroskopik
yang terjadi pada tekanan konstan ika energi panas mengalir dalam sistem saat
perubahan terjadi dan negatif jika penas mengalir keluar. Proses dimana entalpi
dalam sistem meningkat disebut proses endotermik. Sedangkan entalpi yang
mengalami penurunan disebut eksotermik. Pembentukkan apakah larutan itu
eksotermik atau endotermik tergantung pada temperatur dan sifat alamiah dari
solute dan solvent. Untuk memprediksi efek dari perubahan temperatur kita dapat
menggunakan prinsip Le-Chateliers sangatlah diperlukan untuk memperhitungkan
perubahan entalpi untuk proses pelarutan dari kondisi larutan yang jenuh.
Entalpi molar dari larutan (∆H1) sebagai jumlah kalori dari energi
panas yang seharusnya tersedia (∆H1 positif) ataupun yang seharusnya
dipindahkan (∆H1 negatif) untuk menjaga agar temperatur tetap
konstan yang dimana didalamnya terdapat salah satu mol zat terlarut dalam
volume yang sangat besar yang mendekati larutan jenuh untuk menghasilkan larutan
jenuh.
Jika entalpi dari larutan adalah negatif, peningkatan temperatur
menyebabkan penurunan kelarutan. Kebanyakan padatan solute memiliki entalpi
positif dari larutan sehingga kelarutan mereka meningkat sesuai dengan kenaikan
temperatur. Hampir semua perubahan kimia merupakan proses esotermik ataupun
prosen endotermik. Kebanyakan, tetapi tidak semua reaksi yang terjdi secara
langsung/ spontan adalah reaksi eksotermik (Maron Lando, 1974).
Asam oksalat adlah senyawa kimia yang mempunyai rumus H2C2O4 dengan
nama sistematis Asam etanadionat. Asam dikarboksilat paling sederhana biasa
digambarkan dengan rumus HOO-C-COOH. Asam oksalat mempunyai sifat fisika antara
lain:
- Berbentuk kristal dan larutan berwarna putih dan tidak berbau
Sifat kimia asam oksalat (C2H2O4)
- Titik leleh :
187oC
-
Densitas :
1, 897 gr/cm3
- Panas pembakaran (∆E)pada 25oC : 245,61 kJ/mol
- Berat molekul :
90,04 gr/mol
- Asam oksalat anhidrat
menyublim pada suhu 150oC tetapi jika dipanaskan lagi akan
terdekomposisi menjadi karbondioksida dan asam formiat
- Jika asam oksalat dipanaskan dengan penambahan asam sulfat akan
menghasilkan karbon monoksida dan H2O
(Kirk Othmer, 1981)
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida adalah jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk
dari oksida basa natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidoksida murni
berbentuk butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab air dan secara
spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan
akan melepas panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil dari kelarutan KOH.
Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya, larutan natrium
hidroksida meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. (Wikipedioa, 2011).
Sifat fisika dan kimia NaOH
- Massa molar : 40
gr/mol
- Wujud : zat
padat putih
- Spesifik gravity :
2,130
- Titik leleh : 318,4 oC
- Titik didih : 1390oC
- Kelarutan dalam air : 111 gr/100mol(20oC)
- Kebebasan (pKB) : -2,43
Indikator PP merupakan indikator yang menunjukkan pH basa. Karena
dia berada pada rentang pH antara 8,3-10. Dari tak berwarna hingga merah pink.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
- Gelas
Kimia
- Statif
- Klem
- Buret
- Penjepit
tabung
- Hot
plate
- Termometer
- Erlenmeyer
- Pipet
volume
- Labu
takar
- Corong
kaca
- Pipet
tetes
3.1.2 Bahan-bahan
- Es
batu
- Indikator
PP
- Asam
Oksalat ( H2C2O4 )
- Larutan
NaOH 0.2 N
3.2 Prosedur percobaan
3.2.1 Suhu 400
C
- Diambil
10 mL larutan asam oksalat (H2C2O4),
diencerkan hingga 100 mL.
- Diambil
20 mL, dimasukkan dalam erlenmeyer
- Dipanaskan
hingga 600C didalam air yang sudah mendidih
- Kemudian
diturunkan hingga 400C dengan menggunakan es batu
- Ditambahkan
indikator pp sebanyak 2 tetes
- Dititrasi
dengan NaOH 0.2 N sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah
lembayung.
- Dihitung
Volume NaOH yang digunakan, dicatat.
3.2.2 Suhu 300C
- Diambil
20 mL larutan asam oksalat (H2C2O4) yang sudah
diencerkan, dimasukkan dalam erlenmeyer
- Dipanaskan
hingga 600C didalam air yang sudah mendidih
- Kemudian
diturunkan hingga 300C dengan menggunakan es batu
- Ditambahkan
indikator pp sebanyak 2 tetes
- Dititrasi
dengan NaOH 0.2 N sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah
lembayung.
- Dihitung
Volume NaOH yang digunakan, dicatat
3.2.3 Suhu 200C
- Diambil
20 mL larutan asam oksalat (H2C2O4) yang sudah
diencerkan, dimasukkan dalam erlenmeyer
- Dipanaskan
hingga 600C didalam air yang sudah mendidih
- Kemudian
diturunkan hingga 200C dengan menggunakan es batu
- Ditambahkan
indikator pp sebanyak 2 tetes
- Dititrasi
dengan NaOH 0.2 N sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah
lembayung.
- Dihitung
Volume NaOH yang digunakan, dicatat
3.2.4 Suhu 100C
- Diambil
20 mL larutan asam oksalat (H2C2O4) yang sudah
diencerkan, dimasukkan dalam erlenmeyer
- Dipanaskan
hingga 600C didalam air yang sudah mendidih
- Kemudian
diturunkan hingga 100C dengan menggunakan es batu
- Ditambahkan
indikator pp sebanyak 2 tetes
- Dititrasi
dengan NaOH 0.2 N
- Dicatat
volume NaOH yang digunakan
- Dihitung
kosentrasi asam okasalat (H2C2O4) dan penentuan
laju suhu rata-rata
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
V H2C2O4
|
V NaOH
|
NaOH ( Normalitas )
|
T H2C2O4
|
20 mL
20 mL
20 mL
20 mL
|
0.9 mL
0.9 mL
1 mL
1 mL
|
0.2 N
0.2 N
0.2 N
0.2 N
|
400C
300C
200C
100C
|
4.2 Reaksi
4.2.1 NaOH +
H2C2O4
2
NaOH + H2C2O4→ Na2C2O4 +
2 H2O
4.2.2 NaOH + Indikator PP

4.3 Perhitungan
4.3.1 Mencari laju suhu rata-rata
T2 = 400C = 313 K
T1 = 600C = 333
K



T2 = 300C = 303 K
T1 = 600C = 333
K



T2 = 200C = 293 K
T1 = 600C = 333
K



T2 = 100C = 283 K
T1 = 600C = 333
K



4.3.2
Mencari konsentrasi asam oksalat
4.3.2.1
Konsentrasi asam oksalat pada suhu 40oC
N
NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
V
NaOH = 0,9 mL
V
H2C2O4 = 20 mL


Jawab:







4.3.2.2
Konsentrasi asam oksalat pada suhu 30oC
V
H2C2O4 = 20 mL
V
NaOH = 0,9 mL
N
NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N

Jawab:







4.3.2.3
Konsentrasi asam oksalat pada suhu 20oC
V
H2C2O4 = 20 mL
V
NaOH = 1,0 mL
N
NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N

Jawab:







4.3.2.4
Konsentrasi asam oksalat pada suhu 20oC
V
H2C2O4 = 20 mL
V
NaOH = 1,0 mL
N
NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N

Jawab:







4.4 Pembahasan
Didalam percobaan kali ini terdapat beberapa faktor kesalahan diantaranya kesalahan dalam
menintrasi yang terlalu banyak akan menghasilkan warna pekat sehingga dapat
mempengaruhi volume NaOH yang seharusnya
semakin kebawah dan nilai suhu
rendah menghasilkan volume yang lebih kecil tetepi hasil yang kita dapatkan
volume Naoh semakin tinggi pada saat suhu yang rendah. Selain itu pada saat
membaca volume NaOH semakin tinggi pada saat suhu yang rendah. Selain itu pada
saat membaca volume NaOH yang kurang tiliti atau tidak melihat kurang jelas
juga dapat mempengaruhi nilai datayang kita yang dapatkan, dan yang terkhir
adalah pada saat asam oksalat yang belut larut secara sempurna.
Adapun aplikasi kelarutan sebagai fungsi suhu dalam industi adalah
pada pembukaan reactor kimia, pada
proses pemisahan dengan cara pengkristalan integral. Selain iti juga dapat
digunakan untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan granul-granul pada industri
baja. Dan selain itu dalam industry kelarutan sebagai fungsi suhu juga sangat
bermanfaat pada saat mendapat sebuah garam dari air laut dengan cara
memenaskannya atau dengan menjemur dibawah trik matahari sehingga garam dapat
mengendap dan mulai kelarutannya akan berkurang.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan sebagai fungsi suhu
adalah suhu, pengadukan,tekanan. Luas permukaan dan jenis zat .
Suhu adalah dapat mempengaruhi nilai kelarutan yang berlawanan
dengan indotermik dan eksotermik jika suatu kelarutan yang semakikin besar dan
suhu dinaikkan disebut reaksi endotermik, namun sebaliknya jika nilai
kelarutannya yang semakin kecil dan suhu dinaikkan disebut eksotermik. Hal ini
terjadi adanya pergeseran kesetimbangan. Kenaikan suhu akan berdampak pada
kenaikkan kelarutan (solubilitas).
Pengadukan, dengan adanya
pengadukan, tumbukan antara molekul solvent-solvent akan semakin cepat sehingga
larutan akan semakin cepat larut (kelarutannya besar).
Tekanan pada kelarutan, terjadinya perubahan kecil dalam tekanan
memiliki efek yang lebih kecil pada kelarutan dari padatan dalam cairan tetapi
memiliki efek yang besar pada kelarutan gas dalam cairan. Kelarutan gas dalam
cairan berbanding langsung pada tekanan dari gas diatas larutan sehingga sejumlah
gas yang terlarut dalam larutan akan menjadi dua kali lipat jika tekanan dari
gas diatas larutan adalah dua kalilipat, selain itu jika tekanan diperbesar
gerakan partikel akan semakin cepat. Hal ini berpengaruh besar terhadap fase
gas sedangkan pada zat cair hal ini tidak berlaku.
Luas permukaan adalah jika semakin kecil luas permukaan maka
semakin banyak bagian partikel yang akan berintraksi dengan pelarut sehingga
keduanya akan semakin mudah melarutkan satu sama lain dengan kata lain nilai
kelarutannya bertambah.
Jenis zat, misalkan pada zat-zat sengan struktur kimia yang mirip
umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang strukturnya
berbeda umumnya dapat bercampur dengan baik. Senyawa yang bersifat polat akan
mudah larut dalam pelarut polar sedangkan senyawa non polar akan muda larut
dalam pelarut non pola, hal ini membuktikan bahwa kelarutan sangat mempengaruhi
jenis zat.
Pada percobaan ini yaitu kelarutan sebagai fungsi suhu,
pertama-tama dilakukan dengan pengenceran asam oksalat, dimana asam oksalat
adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4
dengan nama sisitematis asam etanodiat. Asam karboksilat paling sederhana ini
bisa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Pengenceran dilakukan agar konsentrasi
larutan menjadi kurang pekat atau encer. Pertama diambil 10 ml larutan asam
oksalat menggunakan pipet volume, dimasukan dalam labu takar 100 ml, dimasukan
aquades kedalam labu takar hingga tanda tera labu , lalu dikocok hingga
homogen.
Setelah pengenceran, diambil 20 ml larutan asam oksalat yang telah
diencerkan lalu dimasukan kedalam Erlenmeyer, setelah itu dipanaskan hingga
suhu 60°c didalam yang sudah mendidih. Fungsi pemanasan tersebut dilakukan
untuk membuat larutan asam oksalat menjadi larutan jenuh, jika kurang dari suhu
tersebut yaitu 60°c kemungkinan larutan masih tidak jenuh dan belum dapat laryt
secara semputna, sementara jika lebih dari suhu tersebut larutan asam oksalt
bisa lewat jenuh hingga dapat menguap. Setelah prmanasan dilakukan penurunan
suhu hingga 40°c dengan menggunakan es batu dan menggunakan alat thermometer
dimana alat termometer tersebut merupakan alat yang dapat mengukur suhu yang
kita inginkan,dan system itu pemanasan 60°c merupakan suhu optimal bagi asam
oksalat. Ketika penurunan suhu selesai maka ditambahkan indicator pp yang
berfungsi untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat pada suhu 40°c, selain itu
penambahan indikator ini bertujuan untuk mengetahui titik ekuivalen dari asam
oksalat. Titik ekuivalen dicapai ketika warna larutan yang semula berwarna pink
berubah menjadi kekuningan yaitu pada saat jumlah mol terlarut sama dengan
jumlah ml pelarut. Penambahan indicator pp juga dilakukan pada temperature
rendah yaitu 40° agar tidak merusak indicator pp, setelah penambahan indicator
dilakukan titrasi dengan NaOH dalam titrasi yang berlainan, sebab dapat
memperkecil kesalahan titirasi yang disebabkan karena perubahan warna
indikator, untuk menintrasi 0,2 N, hal ini bertujuan agar indicator dapat
memberikan perubahan warna yang signifikan pada kelebihan titran yang lebih
kecil. Adapun volume NaOH yang diperoleh setelah dititrasi dengan NaOH 0,2 N
pada suhu 40°c adalah 0,9 ml. percobaan ini dilakukan empat kali perubahan suhu
yaitu suhu 40°c, 30 °c, 20°c, dan 10°c,
perbedaanya ketika penurunan suhu, adapun volume NaOH berturut-turut adalah suhu
40° V NaOH 0,9 ml, 30°c V NaOH 0,9 ml, 20°c V NaOH 1ml, dan 10°c V NaOH 1 ml,
dan yang terakhir konsentrasi asam oksalat tersebut adalh 0,18 M, 0,18 M, 0,2
M, dan 0,2 M.
Adapun prinsip dari percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu
menaikkan suhu larutan dengan cara dipanaskan yang telah ditentukan lalu
didiginkan pada suhu tertentu dan dapat dilihat kelarutannya apa yang
dihasilakan dari percobaan tersebut, seperti pemanasan,penurunan suhu hingga
titrasi.
Kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah banyaknya suatu
zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu,
biasanya dinyatakan dalam satuan mol/ liter. Jadi batas kelarutannya tercapai,
maka zat yang dilarutkan itu dalm batas kesetimbangan, artinya bila zat
terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan
dikurangi akan terjadi larutan yang
belum jenuh.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Dari hasil perhitungan didapatkan
konsentrasi dari asam oksalat (H2C2O4) pada
suhu 400C dan 300C yaitu 0,18 N dan pada suhu 200C
dan 100C adalah sebesar 0,2 N
-
Dari hasil perhitungan didapatkan
laju suhu rata-rata dari 400C sebesar -3,674×10-3 J/mol K2,
pada 300C sebesar -5,692×10-3 J/mol K2, pada
200C sebesar -7,8496×10-3 J/mol K2 dan pada
suhu 100C sebesar -0,0044 J/mol K2 karena terjadi reaksi
eksoterm maka dari perhitungan didapatkan nilai negatif
-
Pemberian suhu mempengaruhi
kelarutan terhadap kelarutan suatu zat pelarut. Dimana pemanasan pelarut
membuat partikel bergerak lebih cepat, hal ini membuat tumbukan antar partikel
lebih sering terjadi sehingga zat terlarut mudah larut. Hal ini menandakan
bahwa semakin tinggi suhu maka kelarutan akan semakin besar
5.2 Saran
Sebaiknya
praktikan bisa lebih teliti dalam membaca suhu dan lebih teliti saat menentukan
titik ekuivalen, sehingga dapat menentukan volume titrasi dengan tepat. Suhu
pada percobaan ini juga mungkin bisa diganti tidak hanya menggunakan suhu 400C,
300C, 200C dan 100C saja tapi mungkin bisa 550C,
450C, 350C dan 250C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar