Kamis, 18 Oktober 2012

LAPORAN KIMFIS: KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

-->
BAB 1
LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent) . Kelarutan juga di gunakansecara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan.Kelarutanbergantung pada jenis zat terlarut, ada zat yang mudah larut tetapi banyak jugayang sedikit larut.  Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutanjenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebutlewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
Suhuadalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit danKelvin. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 – 1744) sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberinama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 – 1907) menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala Kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu 212°F.
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Sehingga didapatkan kesimpulan dalam percobaan kali ini tentang kelarutan sebagai fungsi suhu dengan menggunakan asam oksalat(H2C2O4) sebagai sampel yang akan diukur suhunya setelah pemanasan, dan kemudian didinginkan pada berbagai suhu,  apakah volume NaOH yang digunakan akan sama  didapatkan  atau tidak, karena pengaruh dari suatu kelarutan yang dipengaruhi oleh berbagai suhu.

1.2 Tujuan Percobaan
-       Mengetahui konsentrasi dari asam oksalat (H2C2O4)
-       Mengetahui laju suhu rata-rata
-       Mengetahui pengaruh suhu terhadap kelarutan
BAB 2
TINJAUAN PESTAKA

Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu bisanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi bila batas kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan. Artinya bila zat pelarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh. Bila zat yang dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (Hoedijono, 1990).
Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent. Solute adalah substansi yang terlarut. Sedangkan solvent adalah substansi yang melarutkan. Contoh sebuah larutan NaCl. NaCl adalah solute dan air adalah solvent. Dari ketiga materi, padat, cair, gas sangat dimungkinkan untuk memiliki sembilan tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas, cairan dalam cairan, cairan dalam padatan, cairan dalam gas, gas dalam gas, gas dalam cairan dan gas dalam padatan. Dari berbagai macam tipe larutan yang lazim kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan serta gas dalam gas.
Suatu substansi dapat dikelompokkan sangat mudah larut, dapat larut (modera fely soluble), sedikit larut (slightly soluble), dan tidak dapat larut. Beberapa variable, misalnya ukuran ion-ion, muatan dari ion-ion, interaksi antara ion-ion, interaksi antara solute dan solvent, temperatur mempengaruhi kelarutan. Kelarutan dari solute relatif lebih mudah diukur melalui percobaan. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelarutan antara lain:
1.     Sifat alami dari solute dan solvent
Substansi polar cenderung lebih miscrible atau soluble dengan substansi polar lainnya. Substansi non polar cenderung untuk miscrible dengan substansi non polar lainnya, dan tidak miscrible dengan substasnsi polar lainnya.
2.     Efek dari temperatur terhadap kelarutan
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pad sejumlah solvent tertentu dan pada temperatur tertentu pula. Temperatur dari solvent memiliki efek yang besar dari zat yang telah dilarutkan. Untuk kebanyakan padatan yang terlarut pada liquid, kenaikan temperatur akan berdampak pada kenaikan kelarutan (solubilitas).
3.     Efek tekanan pada kelarutan
Perubahan kecil dalam tekanan memiliki efek yang kecil pada kelarutan padatan dalam cairan. Tetapi memiliki efek yang besar pada kelarutan gas dalam cairan. Kelarutan gas dalam cairan berbanding lurus pada tekanan dari gas diatas larutan. Sehingga sejumlah gas yang terlarut dalam larutan akan menjadi dua kali lipat jika tekanan dari gas diatas larutan adalah dua kali lipat.
4.     Kelarutan dari zat terlarut
Kelarutan dari zat padat terlatut dipengaruhi oleh:
a.      Ukuran partikel
b.     Temperatur dari solvent
c.      Pengadukan dari larutan
d.     Konsentrasi dari larutan (Sukardjo, 1977).
Efek panas dalam pembentukkan larutan dapat digunakan dalam penerapan prinsip Le-Chateliers untuk menghitung efek temperatur pada kelarutan. Dengan menggunakan terminologi dari termodinamika, bahwa kandungan panas atau entalpi dari sistem telah meningkat sesuai dengan jumlah energi termal. Perunahan entalpi untuk proses diberikan dengan menggurangi entalpi akhir sistem dengan entalpi mula-mula.
Secara umum ∆H positif untuk setiap perubahan perubahan makroskopik yang terjadi pada tekanan konstan ika energi panas mengalir dalam sistem saat perubahan terjadi dan negatif jika penas mengalir keluar. Proses dimana entalpi dalam sistem meningkat disebut proses endotermik. Sedangkan entalpi yang mengalami penurunan disebut eksotermik. Pembentukkan apakah larutan itu eksotermik atau endotermik tergantung pada temperatur dan sifat alamiah dari solute dan solvent. Untuk memprediksi efek dari perubahan temperatur kita dapat menggunakan prinsip Le-Chateliers sangatlah diperlukan untuk memperhitungkan perubahan entalpi untuk proses pelarutan dari kondisi larutan yang jenuh. Entalpi molar dari larutan (∆H1) sebagai jumlah kalori dari energi panas yang seharusnya tersedia (∆H1 positif) ataupun yang seharusnya dipindahkan (∆H1 negatif) untuk menjaga agar temperatur tetap konstan yang dimana didalamnya terdapat salah satu mol zat terlarut dalam volume yang sangat besar yang mendekati larutan jenuh untuk menghasilkan larutan jenuh.
Jika entalpi dari larutan adalah negatif, peningkatan temperatur menyebabkan penurunan kelarutan. Kebanyakan padatan solute memiliki entalpi positif dari larutan sehingga kelarutan mereka meningkat sesuai dengan kenaikan temperatur. Hampir semua perubahan kimia merupakan proses esotermik ataupun prosen endotermik. Kebanyakan, tetapi tidak semua reaksi yang terjdi secara langsung/ spontan adalah reaksi eksotermik (Maron Lando, 1974).
Asam oksalat adlah senyawa kimia yang mempunyai rumus H2C2O4 dengan nama sistematis Asam etanadionat. Asam dikarboksilat paling sederhana biasa digambarkan dengan rumus HOO-C-COOH. Asam oksalat mempunyai sifat fisika antara lain:
-       Berbentuk kristal dan larutan berwarna putih dan tidak berbau
Sifat kimia asam oksalat (C2H2O4)
-       Titik leleh                                           : 187oC
-            Densitas                                              : 1, 897 gr/cm3
-       Panas pembakaran (∆E)pada 25oC     : 245,61 kJ/mol
-       Berat molekul                                     : 90,04 gr/mol
-       Asam oksalat anhidrat  menyublim pada suhu 150oC tetapi jika dipanaskan lagi akan terdekomposisi menjadi karbondioksida dan asam formiat
-       Jika asam oksalat dipanaskan dengan penambahan asam sulfat akan menghasilkan karbon monoksida dan H2O
(Kirk Othmer, 1981)
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida adalah jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidoksida murni berbentuk butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab air dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepas panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil dari kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya, larutan natrium hidroksida meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. (Wikipedioa, 2011).
Sifat fisika dan kimia NaOH
-       Massa molar               : 40 gr/mol
-       Wujud                         : zat padat putih
-       Spesifik gravity          : 2,130
-       Titik leleh                   : 318,4 oC
-       Titik didih                   : 1390oC
-       Kelarutan dalam air    : 111 gr/100mol(20oC)
-       Kebebasan (pKB)       : -2,43
Indikator PP merupakan indikator yang menunjukkan pH basa. Karena dia berada pada rentang pH antara 8,3-10. Dari tak berwarna hingga merah pink.
















BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1  Alat dan Bahan
3.1.1  Alat-alat
-    Gelas Kimia
-    Statif
-    Klem
-    Buret
-    Penjepit tabung
-    Hot plate
-    Termometer
-    Erlenmeyer
-    Pipet volume
-    Labu takar
-    Corong kaca
-    Pipet tetes
3.1.2  Bahan-bahan
-    Es batu
-    Indikator PP
-    Asam Oksalat ( H2C2O4 )
-    Larutan NaOH 0.2 N

3.2  Prosedur percobaan
3.2.1  Suhu 400 C
-    Diambil 10 mL larutan asam oksalat (H2C2O4), diencerkan hingga  100 mL.
-    Diambil 20 mL, dimasukkan dalam erlenmeyer
-    Dipanaskan hingga 600C didalam air yang sudah mendidih
-    Kemudian diturunkan hingga 400C dengan menggunakan es batu
-    Ditambahkan indikator pp sebanyak 2 tetes
-    Dititrasi dengan NaOH 0.2 N sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah lembayung.
-    Dihitung Volume NaOH yang digunakan, dicatat.
3.2.2  Suhu 300C
-    Diambil 20 mL larutan asam oksalat (H2C2O4) yang sudah diencerkan, dimasukkan dalam erlenmeyer
-    Dipanaskan hingga 600C didalam air yang sudah mendidih
-    Kemudian diturunkan hingga 300C dengan menggunakan es batu
-    Ditambahkan indikator pp sebanyak 2 tetes
-    Dititrasi dengan NaOH 0.2 N sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah lembayung.
-    Dihitung Volume NaOH yang digunakan, dicatat
3.2.3  Suhu 200C
-    Diambil 20 mL larutan asam oksalat (H2C2O4) yang sudah diencerkan, dimasukkan dalam erlenmeyer
-    Dipanaskan hingga 600C didalam air yang sudah mendidih
-    Kemudian diturunkan hingga 200C dengan menggunakan es batu
-    Ditambahkan indikator pp sebanyak 2 tetes
-    Dititrasi dengan NaOH 0.2 N sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah lembayung.
-    Dihitung Volume NaOH yang digunakan, dicatat
3.2.4  Suhu 100C
-    Diambil 20 mL larutan asam oksalat (H2C2O4) yang sudah diencerkan, dimasukkan dalam erlenmeyer
-    Dipanaskan hingga 600C didalam air yang sudah mendidih
-    Kemudian diturunkan hingga 100C dengan menggunakan es batu
-    Ditambahkan indikator pp sebanyak 2 tetes
-    Dititrasi dengan NaOH 0.2 N
-    Dicatat volume NaOH yang digunakan
-    Dihitung kosentrasi asam okasalat (H2C2O4) dan penentuan laju suhu rata-rata





























BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil pengamatan
V H2C2O4
V NaOH
NaOH ( Normalitas )
T H2C2O4
20 mL
20 mL
20 mL
20 mL
0.9 mL
0.9 mL
1 mL
1 mL
0.2 N
0.2 N
0.2 N
0.2 N
400C
300C
200C
100C

4.2  Reaksi
4.2.1  NaOH + H2C2O4
2 NaOH + H2C2O4→    Na2C2O4 + 2 H2O

4.2.2  NaOH + Indikator PP




4.3  Perhitungan
4.3.1 Mencari laju suhu rata-rata
T2 = 400C = 313 K
            T1 = 600C = 333 K

T2 = 300C = 303 K
            T1 = 600C = 333 K

T2 = 200C = 293 K
            T1 = 600C = 333 K

T2 = 100C = 283 K
            T1 = 600C = 333 K

4.3.2 Mencari konsentrasi asam oksalat
4.3.2.1 Konsentrasi asam oksalat pada suhu 40oC
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
V NaOH = 0,9 mL
V H2C2O4 = 20 mL
Jawab:
4.3.2.2 Konsentrasi asam oksalat pada suhu 30oC
V H2C2O4 = 20 mL
V NaOH = 0,9 mL
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
Jawab:
4.3.2.3 Konsentrasi asam oksalat pada suhu 20oC
V H2C2O4 = 20 mL
V NaOH = 1,0 mL
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
Jawab:
4.3.2.4 Konsentrasi asam oksalat pada suhu 20oC
V H2C2O4 = 20 mL
V NaOH = 1,0 mL
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
Jawab:

4.4 Pembahasan
Didalam percobaan kali ini terdapat beberapa  faktor kesalahan diantaranya kesalahan dalam menintrasi yang terlalu banyak akan menghasilkan warna pekat sehingga dapat mempengaruhi volume NaOH yang seharusnya  semakin kebawah  dan nilai suhu rendah menghasilkan volume yang lebih kecil tetepi hasil yang kita dapatkan volume Naoh semakin tinggi pada saat suhu yang rendah. Selain itu pada saat membaca volume NaOH semakin tinggi pada saat suhu yang rendah. Selain itu pada saat membaca volume NaOH yang kurang tiliti atau tidak melihat kurang jelas juga dapat mempengaruhi nilai datayang kita yang dapatkan, dan yang terkhir adalah pada saat asam oksalat yang belut larut secara sempurna.
Adapun aplikasi kelarutan sebagai fungsi suhu dalam industi adalah pada pembukaan reactor kimia,  pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan integral. Selain iti juga dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan granul-granul pada industri baja. Dan selain itu dalam industry kelarutan sebagai fungsi suhu juga sangat bermanfaat pada saat mendapat sebuah garam dari air laut dengan cara memenaskannya atau dengan menjemur dibawah trik matahari sehingga garam dapat mengendap dan mulai kelarutannya akan berkurang.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan sebagai fungsi suhu adalah suhu, pengadukan,tekanan. Luas permukaan dan jenis zat .
Suhu adalah dapat mempengaruhi nilai kelarutan yang berlawanan dengan indotermik dan eksotermik jika suatu kelarutan yang semakikin besar dan suhu dinaikkan disebut reaksi endotermik, namun sebaliknya jika nilai kelarutannya yang semakin kecil dan suhu dinaikkan disebut eksotermik. Hal ini terjadi adanya pergeseran kesetimbangan. Kenaikan suhu akan berdampak pada kenaikkan kelarutan (solubilitas).
  Pengadukan, dengan adanya pengadukan, tumbukan antara molekul solvent-solvent akan semakin cepat sehingga larutan akan semakin cepat larut (kelarutannya besar).
Tekanan pada kelarutan, terjadinya perubahan kecil dalam tekanan memiliki efek yang lebih kecil pada kelarutan dari padatan dalam cairan tetapi memiliki efek yang besar pada kelarutan gas dalam cairan. Kelarutan gas dalam cairan berbanding langsung pada tekanan dari gas diatas larutan sehingga sejumlah gas yang terlarut dalam larutan akan menjadi dua kali lipat jika tekanan dari gas diatas larutan adalah dua kalilipat, selain itu jika tekanan diperbesar gerakan partikel akan semakin cepat. Hal ini berpengaruh besar terhadap fase gas sedangkan pada zat cair hal ini tidak berlaku.
Luas permukaan adalah jika semakin kecil luas permukaan maka semakin banyak bagian partikel yang akan berintraksi dengan pelarut sehingga keduanya akan semakin mudah melarutkan satu sama lain dengan kata lain nilai kelarutannya bertambah.
Jenis zat, misalkan pada zat-zat sengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang strukturnya berbeda umumnya dapat bercampur dengan baik. Senyawa yang bersifat polat akan mudah larut dalam pelarut polar sedangkan senyawa non polar akan muda larut dalam pelarut non pola, hal ini membuktikan bahwa kelarutan sangat mempengaruhi jenis zat.
Pada percobaan ini yaitu kelarutan sebagai fungsi suhu, pertama-tama dilakukan dengan pengenceran asam oksalat, dimana asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sisitematis asam etanodiat. Asam karboksilat paling sederhana ini bisa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Pengenceran dilakukan agar konsentrasi larutan menjadi kurang pekat atau encer. Pertama diambil 10 ml larutan asam oksalat menggunakan pipet volume, dimasukan dalam labu takar 100 ml, dimasukan aquades kedalam labu takar hingga tanda tera labu , lalu dikocok hingga homogen.
Setelah pengenceran, diambil 20 ml larutan asam oksalat yang telah diencerkan lalu dimasukan kedalam Erlenmeyer, setelah itu dipanaskan hingga suhu 60°c didalam yang sudah mendidih. Fungsi pemanasan tersebut dilakukan untuk membuat larutan asam oksalat menjadi larutan jenuh, jika kurang dari suhu tersebut yaitu 60°c kemungkinan larutan masih tidak jenuh dan belum dapat laryt secara semputna, sementara jika lebih dari suhu tersebut larutan asam oksalt bisa lewat jenuh hingga dapat menguap. Setelah prmanasan dilakukan penurunan suhu hingga 40°c dengan menggunakan es batu dan menggunakan alat thermometer dimana alat termometer tersebut merupakan alat yang dapat mengukur suhu yang kita inginkan,dan system itu pemanasan 60°c merupakan suhu optimal bagi asam oksalat. Ketika penurunan suhu selesai maka ditambahkan indicator pp yang berfungsi untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat pada suhu 40°c, selain itu penambahan indikator ini bertujuan untuk mengetahui titik ekuivalen dari asam oksalat. Titik ekuivalen dicapai ketika warna larutan yang semula berwarna pink berubah menjadi kekuningan yaitu pada saat jumlah mol terlarut sama dengan jumlah ml pelarut. Penambahan indicator pp juga dilakukan pada temperature rendah yaitu 40° agar tidak merusak indicator pp, setelah penambahan indicator dilakukan titrasi dengan NaOH dalam titrasi yang berlainan, sebab dapat memperkecil kesalahan titirasi yang disebabkan karena perubahan warna indikator, untuk menintrasi 0,2 N, hal ini bertujuan agar indicator dapat memberikan perubahan warna yang signifikan pada kelebihan titran yang lebih kecil. Adapun volume NaOH yang diperoleh setelah dititrasi dengan NaOH 0,2 N pada suhu 40°c adalah 0,9 ml. percobaan ini dilakukan empat kali perubahan suhu yaitu  suhu 40°c, 30 °c, 20°c, dan 10°c, perbedaanya ketika penurunan suhu, adapun volume NaOH berturut-turut adalah suhu 40° V NaOH 0,9 ml, 30°c V NaOH 0,9 ml, 20°c V NaOH 1ml, dan 10°c V NaOH 1 ml, dan yang terakhir konsentrasi asam oksalat tersebut adalh 0,18 M, 0,18 M, 0,2 M, dan 0,2 M.
Adapun prinsip dari percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu menaikkan suhu larutan dengan cara dipanaskan yang telah ditentukan lalu didiginkan pada suhu tertentu dan dapat dilihat kelarutannya apa yang dihasilakan dari percobaan tersebut, seperti pemanasan,penurunan suhu hingga titrasi.
Kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan mol/ liter. Jadi batas kelarutannya tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalm batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi akan  terjadi larutan yang belum jenuh.













BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
-    Dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi dari asam oksalat (H2C2O4) pada suhu 400C dan 300C yaitu 0,18 N dan pada suhu 200C dan 100C adalah sebesar 0,2 N
-    Dari hasil perhitungan didapatkan laju suhu rata-rata dari 400C sebesar -3,674×10-3 J/mol K2, pada 300C sebesar -5,692×10-3 J/mol K2, pada 200C sebesar -7,8496×10-3 J/mol K2 dan pada suhu 100C sebesar -0,0044 J/mol K2 karena terjadi reaksi eksoterm maka dari perhitungan didapatkan nilai negatif
-    Pemberian suhu mempengaruhi kelarutan terhadap kelarutan suatu zat pelarut. Dimana pemanasan pelarut membuat partikel bergerak lebih cepat, hal ini membuat tumbukan antar partikel lebih sering terjadi sehingga zat terlarut mudah larut. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi suhu maka kelarutan akan semakin besar

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan bisa lebih teliti dalam membaca suhu dan lebih teliti saat menentukan titik ekuivalen, sehingga dapat menentukan volume titrasi dengan tepat. Suhu pada percobaan ini juga mungkin bisa diganti tidak hanya menggunakan suhu 400C, 300C, 200C dan 100C saja tapi mungkin bisa 550C, 450C, 350C dan 250C








Tidak ada komentar:

Posting Komentar